Jumat, 24 Februari 2012 - 0 komentar

Kepribadian Muslim


KEPRIBADIAN MUSLIM
1.   Karakter Kepribadian Syahadatain
Karakter kepribadian syahadatain adalah adanya usaha untuk menghilangkan dan membebaskan diri dari segala belenggu atau dominasi temporal dan relatif, seperti materi dan hawa nafsu, kemudian mengisi diri sepenuh hati dengan Allah, Tuhan Yang mutlak. Hanya Allah SWT yang patut disembah dan dipatuhi, sebab Dia merupakan Dzat Yang Maha segala-galanya. Kepribadian syahadatain juga menghendaki adanya karakter yang selalu cinta dan mematuhi perinyah Rasul dan menjauhi larangannya, serta berusaha mentauladani tingkah lakunya yang mulia, sebab Rasul merupakan sosok manusiia sempurna (insal al-kamil).
2.   Karakter Kepribadian Mushalli
Karakter kepribadian mushalli memiliki banyak ciri. Ciri itu diantaranya adalah mampu berkomunikasi dengan Allah dan dengan sesama manusia. Komunikasi dengan Allah ditandai dengan takbir, sedang komunikasi dengan sesama manusia ditandai dengan salam. Komunikasi dengan sesama manusia akan bermutu tinggi apabila didahului dengan komunikasi illahi, sebab dengan begitu jiwa raganya bersih dan suci. Salam diakhir shalat bukan sekedar simbol pengucapan, melainkan simbol tingkah laku yang nyata. Dalam shalat itu seakan-akan seseorang melihat masyarakat sekitarnya dengan menengok kanan dan kiri. Dengan begitu terbentuk kepekaan dan kepedulian terhadap masayarakat sekitar.
Karakter kepribadian mushalli juga menghendaki adanya kebersihan dan kesucian lahir dan bathin. Kesucian lahir diwujudkan dalam wudhu, sedang kesucian batin diwujudkan dalam bentuk keikhlasan dan kekhusyukan. Disamping itu, menghendaki adanya keserasian irama dan keseimbangan barisan, hal itu diwujudkan dalam bacaan amin makmum. Ia juga menghendaki adanya managemen yang handal dan berwibawa seperti yang tercermin dalam shalat berjama’ah.
3.   Karakter Kepribadian Muzakki
Kepribadian muzakki adalah kepribadian yang berani berkorban, yaitu mengorbankan hartanya untuk kebersihan dan kesucian jiwanya, serta untuk pemerataan kesejahteraan umat pada umumnya. Karakter kepribadian muzakki menghendaki adanya pencarian harta secara halal dan mendistribusiikannya dengan cara yang halal pula. Ia menuntut adanya produktivitas dan kreativitas.
4.   Karakter Kepribadian Sha’im
Kepribadian sha’im adalah kepribadian yang mampu mengendalikan dan menahan diri dari nafsu-nafsu rendah. Diantara karakter kepribadian sha’im adalah menahan makan, minum, hubungan seksual pada waktu, tempat dan cara yang dilarang. Apabila dirinya telah terbebas dari nafsu-nafsu yang rendaj itu maka ia berusaha mengisi diri dengan tingkah laku yang baik, seperti bersedekah pada waktu berbuka dan bersahur, shalat sunat malam, dan bertadarus al-Qur’an.
5.   Karakter Kepribadian Hajji
Kepribadian hajji adalah kepribadian yang mau mengorbankan harta, waktu, dan nyawa demi memenuhi panggilan Allah SWT. Kepribadian ini menghasilkan karakter yang egaliter, memiliki wawasan inklusif dan pluralistik, melawan kebatilan, serta meningkatkan wawasan wisata spiritual.
print this page Print This Page
Rabu, 22 Februari 2012 - 0 komentar

Kepribadian Mukmin

KEPRIBADIAN MUKMIN

1.    Karakter Kepribadian Rabbani (al-Syakhshiyat al-Illahiyat)
Kepribadian Rabbani adalah kepribadian yang mampu menstraninternalisasikan sifat-sifat dan asma-asma Allah SWT ke dalam tingkah laku nyata sebatas pada kemampuan manusiawinya. Apabila Maha Kaya (al-Ghaniy) maka kepribadian Rabbani menghendaki adanya hartawan yang kaya raya. Apabila Allah Maha Benar (al-Haq) maka kepribadian Rabbani menghendaki adanya kebenaran dalam melakukan sesuatu. Dan begitulah seterusnya.
Proses pembentukan karakter Rabbani dapat ditempuh melalui tiga tahapan, yaitu ta’alluq, takhalluq, dan tahaqquq. Proses ta’alluq adalah menggantungkan kesadaran diri dan pikiran kepada Allah dengan cara berfikir dan berdzikir kepada-Nya. Proses takhalluq adalah adanya kesadaran diri untuk mentransinternalisasikan sifat-sifat  dan asma-asma Allah SWT sebatas pada kemampuan manusiawinya. Proses ini dilakukan sebab fitrah manusia memiliki potensi asma’ al-husna. Proses tahaqquq adalah kesadaran diri akan adanya kebenaran, keagungan Allah SWT, sehingga tingkah lakunya didominasi oleh-Nya. Sabda Nabi SAW:
اِنَّ لِلَّهِ تِسْعَةًوَتِسْعِيْنَ اِسْمًامِائَتًاإِلاَّوَاحِدًامَنْ اَحْصَاهَادَخَلَ الْجَنَّةَ (رواه البخارى ومسلم
عن ابى هريرة)
Artinya: “ Allah itu memiliki sembilan puluh sembilan nama yang baik. Barang siapa menghafazhnya maka ia masuk syurga.” (H.R. al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah).
Kata hafazh dalam hadis tersebut tidak hanya sekedar menghafal dan memelihara asma-asma Allah, melainkan mencoba mentraninternalisasikan asma-asma Allah ke dalam tingkah lakunya yang nyata.
2.    Karakter Kepribadian Malaki (al-Syakhshiyat al-Malakiyat)
Kepribadian Malaki adalah kepribadian yang mampu mentransinternalisasikan sifat-sifat Malaikat yang agung dan mulia. Karakter kepribadian malaki diantaranya adalah menjalankan perintah Allah SWT, tidak bermaksiat, bertasbih kepada-Nya, menyampaikan informasi kepada yang lain, membagi-bagi rizki untuk kesejahteraan bersama, dan sebagainya.
3.    Karakter Kepribadian Qur’ani (al-Syakhshiyat al-Quraniyat)
Kepribadian Qur’ani adalah kepribadian yang mampu mentransinternalisasikan nilai-nilai al-Qur’an dalam tingkah lakunya yang nyata. Karakter kepribadian Qur’ani diantaranya adalah membaca, memahami, dan mengamalkan ajaran yang terkandung di dalam al-Qur’an dan sunnah, sebab ia memberi petunjuk, rahmah, berita gembira bagi orang Muslim yang bertaqwa, memberikan wawasan yang totalitas untuk semua aspek kehidupan, dan sebagainya.
4.    Karakter Kepribadian Rasuli (al-Syakhshiyat al-Rasuliyat)
Kepribadian Rasuli adalah kepribadian yang mampu mentransinternalisasikan sifat-sifat Rasul yang mulia. Karakter kepribadian Rasuli diantaranya adalah jujur (al-shidq), dapat dipercaya (al-amanat), menyampaikan informasi atau wahyu (al-tabligh), dan cerdas (al-fathanat).
5.    Karakter Kepribadian yang Berwawasan Masa Depan (Hari Akhir)
Kepribadian ini menghendaki adanya karakter yang mementingkan jangka panjang daripada jangka pendek atau wawasan masa depan daripada masa kini, memiliki sikap tanggung jawab, melakukan shalat, zakat, dan selalu bertakwa, tingkah laku yang penuh perhitungan sebab nanti semuanya diperhitungkan (hisab).
6.    Karakter Kepribadian Takdiri
Kepribadian takdiri adalah kepribadian yang menghendaki adanya penyerahan dan kepatuhan pada hukum-hukum, aturan-aturan dan sunnah-sunnah Allah SWT. Karakter kepribadian ini di antaranya adalah mengetahui dan mematuhi sunah-sunah Allah SWT, baik sunnah qur’ani maupun sunnah kauni.
print this page Print This Page
Rabu, 08 Februari 2012 - 0 komentar

SKI KELAS VII


SKI KELAS VII

DAKWAH NABI MUHAMMAD SAW PERIODE MEKAH
A.   Keadaan Masyarakat Arab Sebelum Islam
Masa kehidupan masyarakat Arab sebelum Islam dinamakan masa Jahiliyah (masa kebodohan). Disebut Jahiliyah bukan karena tidak berilmu, tetapi karena penduduknya kebanyakan suka berbuat kejahatan, suka berperang, membunuh, melecehkan wanita, melakukan takhayul, menyembah berhala dan lain-lain. Perbuatan-perbuatan itu adalah contoh kebudayaan arab Jahiliyah yang buruk. Akan tetapi ada beberapa kebudayaan Arab jahiliyah yang baik, di antaranya di bidang kesusastraan (seni), di mana masyarakat Arab suka sekali membuat karya-karya syair (puisi) dan para penyair pada waktu itu dianggap orang yang mempunyai kedudukan tinggi.


B.   Kelahiran Nabi Muhammad
Muhammad SAW dilahirkan di kota Mekkah (Hijaz) pada tanggal 12 Rabiul Awwal tahun Gajah atau bertepatan tanggal 20 April 571 Masehi. Beliau wafat pada hari senin tanggal 12 Rabi'ul Awwal tahun 11 H bertepatan dengan 8 Juni 632 M. Beliau merupakan keturunan suku Quraisy, suku bangsawan yang sangat berpengaruh di Arab. Ayahnya bernama Abdullah bin Abdul Muthalib yang wafat ketika beliau masih berada dalam kandungan ibunya, Siti Aminah. Sedangkan ibunya wafat ketika beliau berumur 6 tahun. Kemudian beliau diasuh oleh kakeknya, Abdul Muthalib selama dua tahun dan oleh pamannya, Abu Thalib.

C. Kerosulan Muhammad
Pada usia 25 tahun, beliau menikah dengan Khadijah, seorang janda kaya yang berusia 40 tahun. Kemudian selang beberapa lama beliau mendapat gelar al-Amin (orang yang dapat dipercaya), gelar ini diberikan karena beliau berhasil mengatasi perselisihan para pemuka suku Quraisy dalam peletakkan Hajar Aswad (batu hitam yang suci) di dinding Ka’bah.
Pada usia 40 tahun, beliau sering datang ke Gua Hira yangq terletak di perbukitan Jabal Nur untuk bertahanuts atau melakukan pemusatan jiwa dan merenungi keadaan masyarakat arab yang masih Jahiliyah. Pada malam 17 Ramadhan tahun 610 M. ketika sedang bertahanuts, datanglah Malaikat Jibril menyampaikan wahyu pertama, yaitu al-Quran Surat al-‘Alaq ayat 1-5:
إِقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِيْ خَلَقَ {} خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَقَ {} إِقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ {} الَّذِيْ عَلَّمَ بِالْقَلَمِ {} عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ
Artiya;
” Bacalah Atas Nama Tuhanmu Yang Telah Menjadikan Makhluk. Dia Telah Menjadikan Menusia Dari Segumpal Darah. Bacalah ! Tuhan Engkaualah Yang Amat Pemurah. Yang Mengajar Manusia Dengan Pena. Dia Mengajar Manusia Apa-apa Yang Belum Diketahui. ( Qs. Al-alaq; 1 – 5 )

Dengan turunya wahyu yang pertama manandakan bahwa Allah SWT telah mengangkat Muhammad sebagai Nabi dan Rasul Nya. Setelah menerima wahyu yang pertama Nabi Muhammad SAW tidak langsung bergerak untuk berda’wah. Nabi Muhammad saw. dalam kondisi bingung, takut dan gemetar yang akhirnya ditenangkan oleh istri beliau yaitu Siti Khadijah.
Kemudian setelah itu, turun wahyu yang kedua yaitu surat al-Mudatsir ayat 1 – 7. Dengan turunnya wahyu yang kedua ini maka beliau memulai dakwah dengan cara sembunyi-sembunyi
Sasaran dakwahnya terbatas pada orang-orang dekat disekitar beliau . Yang mula-mula menerima dakwah beliau adalah Siti Khodijah( istrinya) Ali bin Abi Talib (anak pamannya),Abu Bakar (sahabat nya), dan Zaed bin Harisah (pembantunya).

D. Dakwah Pada Masa Awal
1.    Dakwah secara sembunyi-sembunyi.
 Dakwah ini dilakukan selama kurang lebih tiga tahun dan berhasil mengislamkan: Khadijah (istri Nabi), Abu Bakar (sahabat dekat Nabi), Ali bin Abi Thalib (sepupu Nabi), Zaid bin Haritsah (budak yang dipelihara Nabi), Bilal bin Rabah (seorang budak kulit hitam), Utsman bin Affan, Zubair bin Awwam, Sa'ad bi abi Waqash, Talhah bin Ubaidillah, Abdurrahman bin Auf bin Abil Arqam dan lain-lain.
2.    Dakwah secara terang-terangan.
Dakwah ini dilakukan selama sepuluh tahun setelah turun Al-Qur’an surat al-Hijr ayat: 94:
 فَاصْدَعْ بِمَا تُؤْمَرُ وَاَعْرِضْ عَنِ الْمُشْرِكِيْنَ
Artinya: “Maka sampaikanlah olehmu (Muhammad) secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik.”
Dengan semangat tinggi dan pantang mundur, langkah pertama yang dilakukan Nabi dalam berdakwah dengan cara terang-terangan adalah mengumpulkan warga kota Mekkah di bukit Shofa. Di antara orang-orang yang hadir adalah Abu Lahab, Abu Jahal, dan Umar bin Khattab. Setelah semua berkumpul, Nabi mulai berdakwah, tetapi Nabi malah dicemooh dan dilempari. Bahkan Abu Lahab mencaci-maki dan melempari beliau dengan batu. Akhirnya pertemuan itu berakhir dengan kekacauan. Meskipun demikian, dakwah dengan cara ini telah memberikan hasil dengan bertambahnya jumlah pemeluk Islam dari golongan lemah seperti wanita, budak, pekerja dan orang-orang miskin .

E. Misi Dakwah Nabi Di Mekkah
Misi dakwah Nabi selama berada di Mekkah, intinya, adalahž mengajak masyarakat untuk menjadi rahmatan lil ‘alamin. Di antara misi dakwah tersebut adalah:
1.        Mengajak masyarakat agar menyembah hanya kepada Allah SWT semata (tauhid) dan menyuruh mereka meninggalkan menyembah berhala.
2.        Mengajarkan adanya hari kiamat, yang mana setiap manusia akan diminta pertanggungjawaban selama mereka hidup di dunia.
3.        Mengajak masyarakat berbuat baik dan berakhlak terpuji dan melarang berbuat kejahatan dan kerusakan.
4.        Mengajak masyarakat untuk menegakkan keadilan dan persamaan derajat antara laki-laki dan perempuan.

DAKWAH NABI MUHAMMAD SAW PERIODE MEKAH
A.   Madinah Sebelum Kedatangan Islam
Sebelum Islam datang, kota Madinah bernama kota Yatsrib. Penduduknya terdiri dari dua golongan besar yang sering bertikai dan berperang, yaitu:
1.         Golongan bangsa Yahudi yang terdiri dari :
a.    Bani Qainuqa
b.     Bani Quraizah
c.     Bani Nazir
2.         Golongan bangsa Arab yang terdiri dari suku Aus dan Khazraj.
Proses Masuknya agama Islam ke Madinah dan Hijrahnya Nabi ke Madinah Ketika Nabi masih berada di Mekkah, banyak dari penduduk Yatsrib sering melaksanakan Ibadah Haji ke kota Mekkah. Kesempatan ini digunakan oleh Nabi untuk mengajak penduduk Yatsrib yang datang ke Mekkah untuk masuk Islam
Akhirnya, setiap orang Yatsrib yang datang ke Mekkah menyatakan masuk Islam. Bahkan, pada tahun 621 M Nabi menemui rombongan haji dari Yatsrib yang berjumlah 12 orang di bukit aqabah dan melakukan perjanjian. Perjanjian ini disebut “Perjanjian Aqabah I” yang isinya:
1.       Penduduk Yatsrib akan setia melindungi Nabi
2.       Rela berkorban harta dan jiwa
3.       Tidak akan menyekutukan Allah
4.       Tidak membunuh dan berdusta
5.       bersedia membantu menyebarkan Islam

B. Usaha-usaha Yang Dilakukan Rosululloh Setelah Berada Di Madinah
1.       Mendirikan Masjid Nabawi
2.       Mempersaudarakan Kaum Muhajirin dan Anshor
3.       Membuat perjanjian damai antara Kaum Muslimin dan Kaum Yahudi
Perjanjian damai ini dilakukan untuk menciptakan rasa damai dan tenteram bagi masyarakat Madinah, baik yang Muslim atau yang bukan Muslim. Dari sini maka Nabi membuat peraturan-peraturan yang disebut dengan “Piagam Madinah” yang isinya antara lain:
Kaum Muslim dan Yahudi akan hidup berdampingan dan bebas menjalankan agamanya masing-masing.
a.         Apabila salah satu pihak diperangi musuh, maka yang lain wajib membantu.
b.         Apabila terjadi perselisihan antara keduanya, penyelesaian diserahkan kepada Nabi Muhammad
c.          Dalam bidang pemerintahan diterapkan prinsip musyawarah (demokrasi),ž yaitu dalam memutuskan masalah harus bermusyawarah terlebih dahulu.
4.       Dalam bidang ekonomi diterapkan asas koperasi, yaitu tiap-tiap Muslim harus saling membantu.
 Dalam kehidupan bermasyarakat diterapkan asas keadilan, harus saling tolong menolong, menghargai persamaan hak dan kewajiban sesama Muslim, tidak ada perbedaan pangkat, harta dan keturunan, harus mengasihi dan memelihara anak yatim, menyantuni janda-janda.
Dengan demikian, maka berdirilah kota Madinah sebagai kota terbesar di Jazirah Arab dengan kemegahan yang ditampilkannya.
Pada masa ini, masyarakat Muslim berkembang menjadi masyarakat besar dan menjadi pusat untuk kegiatan perekonomian, perdagangan dan pertanian.

C. Hikmah Dan Teladan Dari Misi Nabi Muhammad Saw Dalam Membangun Masyarakat Madinah
1.    Misi Dakwah Nabi di Madinah
a.    Melakukan hijrah (pindah) ke tempat yang dianggap lebih member harapan untuk mengembangkan masyarakat Islam yang lebih maju merupakan suatu kemestian yang harus dilakukan.
b.    Nabi melakukan Hijrah ke Madinah adalah untuk menyusun kekuatan dan menarik banyak pengikut agar dakwah Islam berjalan sesuai yang diharapkan dan masyarakat Islam semakin kokoh.
c.     membangun masyarakat Islam menuju pada kemajuan, kesejahteraan, dan kedamaian, baik di bidang sosial, ekonomi maupun politik.
2.    Hikmah atau teladan Yang dapat diambil dari perjuangan dakwah nabi di Madinah
a.    Ketabahan dalam menerima cobaan
b.    Cerdas dalam mengambil keputusan

KISAH KESEDERHANAAN DAN KESHALEHAN KHALIFAH UMAR BIN ABDUL AZIZ
A.   Biografi Khalifah Umar Bin Abdul Aziz
Nama lengkap             : Umar bin Abdul Aziz (Khalifah Bani Umayyah)
Lahir                                : kairo, tahun 63 H.
Nama Bapak                : Abdul Aziz
Nama Ibu                      : Ummu ’Ashim binti ’Ashim bin Umar bin Al-Khattab.
Nasab/ keturunan     : masih ada keturunan dengan Umar bin Khattab
Kelebihan                     : Dibidang ilmu Hadits dan al-Qur’an

B.    Jasa Umar bin Abdul aziz dalam Kepemimpinannya
1.    Dalam BIdang Kesejahteraan Umat:
a.    Menghapuska kelas-kelas sosial antara muslim Arab dan Muslim non Arab
b.    Mengembalikan uang pensiunan anak-anak yatim para pejuang Islam
c.     Menghidupkan kerukunan dan toleransi beragama
d.    Mengurangi beban pajak atas penganut Kristen Najran dari 2000 keping menjadi 200 keping
e.    Melarang pembelian tanah non-muslim kepada umat Islam
f.     Mewajibkan pembayaran kharraj kepada umat Islam dan jizyah (pajak jiwa)kepada non-muslim
2.       Dalam Bidang pengembangan Islam :
a.    Mengirim para Muballigh ke berbagai penjuru wilayah Islam
b.    Meminta para gubernur menyebarkan agama Islam
c.     Membukukan hadits

C.    Keteladanan yang dapat diambil dari sikap dan sifat yang dimiliki oleh Umar bin Abdu aziz
1.       Sikap rendah hati.
2.       Kesalehan,
3.       Kedermawanan,
4.       Kejujuran,
5.       Tidak rakus, tidak ambisi terhadap kekuasaan,
6.       Dekat dengan rakyat kecil,
7.       Toleransi, demokratis
8.       Cinta ilmu agama dan
9.       dekat dengan Allah SWT.



MEMAHAMI PERKEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM PADA MASA BANI ABBASIYAH
A.   Tokoh Ilmuwan Muslim Pada Masa Dinasti Abbasiyah
1.    Dalam Bidang Filsafat
a.    Al-Kindi
b.    Al-Farabi
c.    Ar-Razi
d.    Ibnu Sina
e.    Ibnu Miskawaih
f.     Al-Gazali
g.    Jabir Bin Hayyan
2.      Dalam Bidang Imu Hadis
a.    Ishaq bin Rahawaih
b.    Imam Bukhari
c.    Imam Muslim
d.    Abu Dawud
e.    At-Tarmidzi
f.     An-Nasa’i
g.    Ibnu Majjah
3.      Dalam Bidang Ilmu Tafsir
a.    Abu Ja’far Muhammad bin Jarir at-Tabari
b.    Fakhruddin ar-Razi
c.    Az-Zamaksyari
4.      Dalam Bidang Imu Fiqih
a.    Imam Hanafi
b.    Imam Malik
c.    Imam Syafi’i
d.    Imam Hambali
5.      Dalam Bidang Ilmu Tasawuf
a.    Al-Haris bin Asad al-Muhasibi
b.    Zunnun Al-Misri
c.    Abu Yazid Al-Bistami
d.    Abu Qasyim Al-Qusyairi
e.    Abu Hamid Al-Ghazali
6.      Dalam Bidang Seni Bahasa
a.    SIbawaih
b.    Al-Kisa’i
c.    Abu Zakaria Al-Farra
d.    Abu Nuwas
e.    Abdul athiya
f.     Ismail Ibnu Qasyim
g.    Ahmad Ibnu Husain
h.    Omar Kayam

B.   Nilai Positif dan Negatif dari Perkembangan Kebudayaan pada Masa Bani Abbasiyah Untuk Masa Kini
NIlai Positif
1.    Tidak adanya perbedaan antar suku
2.    Tumbuhnya toleransi antar berbagai agama maupun suku/etnis
3.    Kebebasan dalam pengkajian berbagai ilmu
4.    Adanya pengakuan dalam kebebasan berfikir
5.    Kebebasan dalam pemerintahan
Nilai Negatif
1.      Adanya kebebasan mengakibatkan adanya perebutan kekuasaan
2.      Kebebasan dalam berfikir mengakibatkan lahirnya faham-faham rasional yang radikal

C.   Runtuhnya Dinasti Abbasiyah
Keruntuhan Dinasti Abbasiyah terjadi pada masa khalifah Al-Mu’tasim yang merupakan khalifah yang lemah, ia lebih suka bersenang-senang. Akibatnya pemerintahan menjadi kacau dan keluarganya menjadi hancur.
Disamping itu, kehancuran dinasti abbasiyah diakibatkan oleh serangan yang dilakukan oleh Hulagu Khan pada tahun 1258 M. Maka berakhirkan dinasti Abbasiyah.

DINASTI AYYUBIYAH
A.   Pendiri Dinasti Ayyubiyah
Dinasti Ayyubiyah di dirikan oleh Salahuddin Yusuf Al-Ayyubi 1171 M di Mesir.

B.   Tokoh-Tokoh Yang Berperan dalam Sejarah Berdirinya Dinasti ayyubiyah
1.      Asadudin Syirkuh
2.      Khalifah Al-Adid
3.      Salahuddin Yusuf Al-Ayyubi


print this page Print This Page